TEMPO.CO , Jakarta:-Di dunia bisnis, ia lebih dikenal dengan nama Liem Sioe Liong. Namun, di pertengahan orde baru ia memiliki nama baru yang dipakainya hingga ia menghembuskan nafas terakhir, Sudono Salim.
Pemilihan nama ini bukan sembarangan. Nama Salim yang dipilih keluarga Liem itu -- seperti dikutip Majalah Tempo edisi 2 Juli 1983, punya arti tersendiri yaitu tiga bersaudara. San dalam bahasa Mandarin berarti tiga, dan setelah ditambah dengan she asli, yakni she Liem, menjadi Salim.
Ya, Sudono Salim adalah anak kedua dari tiga bersaudara keluarga petani di Fukien, Fujian, Cina Selatan, 16 Juli 1916. Salim meninggalkan negaranya dan berlabuh di Medan, Sumatera Utara, pada 1936. Ia bergabung dengan saudaranya, Liem Sioe Hie, dan saudara iparnya, Zheng Xusheng.
Hijrah ke Kudus, Jawa Tengah, Salim mulai mencoba pertaruhan sebagai penyalur cengkeh. Bisnisnya terus berkembang pesat dari permintaan untuk produksi rokok kretek.
Nama "Salim" rupanya tak kalah hoki dengan nama "Liem". Berkat tangan dingin lelaki ini, kapal perusahaannya yang diberi nama Grup Salim menjadi salah satu perusahaan raksasa di Tanah Air. Di bawah bendera Grup Salim, kerajaan bisnisnya menggurita di berbagai bidang antara lain kepemilikannya di Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, dan peritel Indomaret.
Minggu 10 Juni 2012, Sudono Salim meninggal di Singapura, pada pukul 15.50 waktu setempat. Sudono wafat karena sakit yang telah dideritanya dua tahun terakhir.
Om Liem, panggilan akrabnya, konglomerat yang pernah menjadi orang terkaya di Indonesia itu, meninggal di usia 95 tahun.